Ticker

6/recent/ticker-posts

Vaksinasi Tahap Kedua, Pemkot Bogor Terima 9.160 Dosis Vaksin Covid-19

Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor kembali menerima vaksin Covid-19 sebanyak 9.160 vial atau dosis. Vaksin Sinovac ini tiba di Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, Selasa (26/1/2021) sekira pukul 12.20 WIB.

Sekretaris Dinkes Kota Bogor, Erna Nuraena mengatakan, pihaknya telah menerima Vaksin Sinovac tahap kedua sebanyak 5 box dengan jumlah 9.160 dosis khusus untuk pejabat publik VVIP (10 orang) dan 9.150 untuk tenaga kesehatan dan non kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di Kota Bogor. 

“9.160 dosis vaksin Covid-19 ini untuk penyuntikan tahap kedua dengan sasaran yang 2 minggu lalu sudah dilakukan penyuntikan. Insya Allah hari Kamis (28/1) nanti kami akan lakukan penyuntikan kedua,” katanya.

Dia menjelaskan, Vaksin Sinovac ini harus diberikan sebanyak 2 kali, masing-masing 0,5 cc dengan jarak 14 hari. Penyuntikan pertama dilakukan untuk merangsang pembentukan antibodi. Kemudian penyuntikan kedua untuk mengakselerasi terbentuknya antibodi sampai di titik tertentu yang cukup optimal untuk bisa melindungi seseorang yang divaksin dari gejala yang berat.

“Yang perlu diingat adalah orang orang yang divaksin Covid-19 ini bukan berarti tidak mungkin tertular atau tidak mungkin tidak menularkan karena vaksin tidak mencegah orang tertular. Jadi orang yang sudah divaksin tetap harus melakukan 5 M,” tegasnya.

Disisi lain, orang yang sudah divaksin masih bisa tertular dan masih bisa menularkan ke orang lain tetapi ketika tertular diharapkan gejalanya tidak berat, karena sudah punya kekebalan tubuh untuk melawan virus. 

“Kalau orang yang belum divaksinasi mungkin pada saat terinfeksi virus-virus perlu waktu, bahkan ada yang sampai seminggu antibodinya terbentuk sehingga infeksinya menjadi berat, tapi kalau yang sudah divaksin dalam 24 jam dia sudah terbentuk antibodi bisa langsung melawan virus,” katanya.

Ia mengemukakan, efek samping atau efek lanjutan sesudah divaksinasi biasanya ringan,  sebagian besar ringan nyeri pada tempat penyuntikan dan beberapa ada yang demam. Namun sebetulnya demam itu tanda yang baik tubuh optimal membentuk antibodi pada suhu yang lebih tinggi dari suhu normal.

“Jadi kalau orang demam itu artinya memang antibodinya sedang terbentuk, kemudian ada lagi efek sampingnya ngantuk. Tapi sejauh ini tidak ada efek samping yang berat yang menyebabkan sasaran yang dilakukan vaksinasi sampai memerlukan tindakan yang khusus,” jelasnya. 

Erna menyebutkan, tercatat hingga Senin (25/1) dari 9.533 sasaran tenaga kesehatan sebanyak 3.367 tenaga kesehatan telah registrasi (35,3%). Dari tenaga kesehatan yang teregistrasi, sebanyak 2.733 orang (28,67%) telah divaksin dan 634 orang (6,65%) tidak /ditunda dilakukan vaksinasi karena alasan tertentu. 

Sementara, dari 9.160 vial vaksinasi yang sudah diterima pada tahap pertama, sebanyak 6.520 vial (71,26%) telah terdistribusi ke 55 fasilitas pelayanan kesehatan dengan rincian sebanyak 2.733 (41,92%) vial telah digunakan dan 3.787 vial (50,08%) belum digunakan.

“Kita masih akan melakukan vaksinasi ini baik untuk sasaran yang belum di vaksin maupun penyuntikan kedua. Kita targetnya Februari selesai,” ujar Erna.

Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 di fasilitas pelayanan kesehatan dilaksanakan dengan protokol kesehatan 5M serta sesuai standar pelayanan dan prosedur operasional sesuai dengan petunjuk teknis pelaksanaan vaksinasi. 

“Pejabat Publik dan tenaga kesehatan yang divaksin pada tahap awal diharapkan dapat menjadi panutan bagi masyarakat agar tidak takut dan ragu untuk mendapatkan vaksinasi,” harapnya.

Dengan ikut serta dalam vaksinasi covid 19 merupakan salah satu upaya untuk mengurangi  transmisi/ penularan Covid 19, menurunkan angka kesakitan dan kematian, mencapai kekebalan masyarakat (Herd Immunity) dan melindungi masyarakat dari Covid-19 agar tetap produktif secara sosial dan ekonomi. (Prokompim)
Editor : Redaksi

Dilihat