Ticker

6/recent/ticker-posts

Wisata Alam Aceh Yang Indah dan Melimpah, Tapi Pemerintah Aceh tidak Mampu untuk menjadikan sumber PAD

Usman Lamreung, Gubernur Nova dan jajarannya  di Pemerintah Aceh harus cerdas dan memiliki skema yang jelas dalam rencana investasi oleh swasta UEA


Kabarposnesw.co.id - Provinsi yang terkenal sumber daya alam dan wisata alam yang sangat indah di seluruh Kabupaten/Kota di Aceh sehingga mampu mempesonakan  Excecutive Director Murban Energy, Amine Abid  dan Gubernur Aceh Nova Iriansyah untuk kembali membahas tindak lanjut investasi Uni Emirat Arab (UEA) sektor pariwisata di Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil. 

Pembahasan tindak lanjut investasi tersebut dilakukan setelah sebelumnya pada senin, 21 Desember 2020 Excecutive Director Murban Energy, Amine Abid bersama dengan Kepala Dinas Pariwista Aceh, melakukan kunjungan ke Pulau Banyak untuk melihat langsung potensi wisata dan keindahan alamnya.

Potensi Pulau Banyak dengan keindahan alam dan panorama pulau-pulau kecil yang sangat bagus yang Allah berikan kepada masyarakat Aceh, siapapun yang berkunjung kagum dan ingin kembali, termasuk Amine Abid sangat terkesan dengan pulau-pulau disana, mempunyai prospek untuk dikembangkan menjadi daerah distinasi wisata yang modern.

Dari kunjungan Excecutive Director Murban Energy, Amine Abid, tentu berdampak positif untuk pengembangan sektor pariwitasa dan kemakmuran masyarakat. 

Tentu minat Uni Emirat Arab (UEA) investasi di Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil perlu dukungan semua pihak, namun yang paling penting adalah kesiapan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten dalam menyediakan Infrastruktur yang dibutuhkan para investor, termasuk reformasi birokrasi.   

Pengamat Ingatkan Nova Kejelasan Skema Investasi Pariwisata UEA
Rencana investasi pariwisata di Pulau Banyak oleh swasta Uni Emirat Arab, Murban Energy, perlu direspon dengan cerdas oleh Pemerintah Aceh, jika kita merujuk pada pernyataan kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Jamaluddin yang menyebut bahwa pihak investor akan membangun infrastruktur dan meminta hak pengelolaan destinasi wisata di sana, maka besar kemungkinan investasi ini tidak akan berdampak apa-apa bagi rakyat Aceh, khususnya masyarakat Singkil-Pulau Banyak. 

Jika skema investasinya seperti ini, pengembangan Kepariwisataan di Pulau Banyak nantinya akan berpotensi eksklusif, tidak menjangkau kepentingan masyarakat dan pelaku usaha pariwisata di Aceh, bahkan sangat mungkin mengarah pada pola “from UEA to UEA”, penyedia jasa pariwisatanya pihak UEA, yang menerima manfaat ekonominya juga pihak UEA. Jika ini yang terjadi maka Pemerintah Aceh sama saja mengundang “ureung laen meukat bak lapak droe”.(orang lain berjualan di tempat dia)yang hasilnya tidak ada bagi daerah Aceh itu sendiri.

Oleh karena itu, tegas
Usman Lamreung, Gubernur Nova dan jajarannya Pemerintah Aceh harus cerdas dan memiliki skema yang jelas dalam rencana investasi oleh swasta UEA ini, sangat aneh bahasa Gubernur Nova masih sangat normatif seperti pengamat yang berharap investasi UEA akan memberi multiplier effect memakmurkan rakyat Aceh. 

Dalam posisi sebagai rule maker maker penguasa negeri, Nova seharusnya mengambil posisi sebagai penentu yang bukan hanya sekedar berharap tapi dengan jelas dan tegas memastikan bahwa rencana investasi pariwisata di Pulau Banyak oleh pihak swasta (UEA) tersebut betul-betul berdampak positif bagi rakyat Aceh terutama masyarakat Singkil dan Pulau Banyak. 

Ini yang harus ditunjukkan Nova sebagai pemimpin ke rakyat Aceh, Bapak Gubernur harus secara trasparan menjelaskan kepada publik seperti apa skema investasi oleh swasta UEA tersebut dan seperti apa  proyeksi manfaat dan dampak positifnya bagi rakyat Aceh nantinya. 

Saya melihat prilaku dibawah pemerintahan pak Nova ini gemar membius rakyat Aceh dengan janji-janji bombastis terkait rencana investasi di Aceh, seperti menjadikan Pulau Banyak menjadi Maldives kedua, ini sama polanya dengan kasus KIA Ladong dan KEK Arun, yang digadang-gadang akan membuat ekonomi Aceh maju, industri Aceh akan tumbuh, menyerap puluhan ribu tenaga kerja, tapi ujung-ujungnya "choh bandum" (nihil semuanya) Kasus KIA Ladong investor putra daerah yang sudah sangat membantu hingga nekat menghadapi resiko kerugian angkat kaki karena sudah tidak tahan dengan mental ‘kuah beu leumak u bek beukah”(kuah harus lemak dan lezat tapi tanpa harus pakai santan), selanjutnya status PSN KEK Arun juga hilang dibawah pemerintahan Gubernur Nova Iriansyah.

Belajar dari kegagalan demi kegagalan selama ini, Usman menekankan agar Nova dan jajarannya fokus memberi bukti bukan sekadar mengumbar janji, bergaya dengan judul-judul bombastis tapi implementasi nol besar, hingga berujung menjadi “siklus PHP (pemberi harapan palsu)” bagi rakyat Aceh.

Sekarang saatnya Bapak Nova dan jejarannya di Pemerintah Aceh membuktikan mereka profesional, tidak amatiran mengurus investasi, tegas Usman.

Reporter : Umar
Editor     : Redaksi

Dilihat