Ticker

6/recent/ticker-posts

Menkes dan Bima Arya Tinjau Vaksinasi Bagi Penyandang Disabilitas Mental di RSMM


Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meninjau vaksinasi dengan sasaran penyandang disabilitas mental atau orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi (RSMM), Kota Bogor, Selasa (1/6/2021). Dalam peninjauan tersebut Menkes didampingi Wali Kota Bogor Bima Arya dan Direktur Utama RSMM Fidiansjah. 

Menurut Menkes, vaksinasi untuk ODGJ ini baru pertama kali dilakukan. Alasannya, penyandang disabilitas mental umumnya memiliki komorbid namun mereka tidak bisa menceritakan atau menjelaskan secara terbuka terkait apa yang mereka rasakan atau alami.

"Ini pertama kali kita mencoba untuk memberikan vaksin khusus ke ODGJ. Jadi (di Bogor) ini adalah contoh yang baik. Oleh karena itu saya rasa baguslah kalau kita bisa mulai juga memberikan prioritas ke yang gangguan jiwa. Di Indonesia lumayan banyak juga," ungkap Budi Gunadi. 

"Ternyata orang yang punya gangguan jiwa pada umumnya comorbidnya atau penyakit sampingannya banyak. Mereka kan tidak bisa menceritakan dengan terbuka apa yang mereka alami. Sehingga kalau terkena (Covid-19) mereka lebih rawan," tambahnya.

Menkes mengaku sempat khawatir reaksi para ODGJ saat akan disuntikan vaksin produksi Biofarma ini. "Tadi saya takut ketika disuntik itu orang-orangnya jerit-jerit atau lari-lari tetapi Alhamdulillah teman perawat disini bisa membuat mereka menjadi lebih tenang. Sehingga ketika disuntik tidak pada takut. Mudah-mudahan ini menjadi contoh di rumah sakit jiwa rumah lainya," kata Budi.

Sementara itu, Direktur Utama RSMM Fidiansjah mengatakan, pihaknya telah memberikan vaksinasi bagi 34 ODGJ dari total target 90 orang. 

"ODGJ ini kesadaran dan tanggung jawab dia tidak utuh. Makanya kita harus mendapatkan informed consent. Artinya persetujuan dari keluarga terhadap tindakan ini yang tidak bisa diwakili oleh dirinya. Sejauh ini, dengan edukasi dan penjelasan, keluarga pasien tidak ada yang keberatan untuk divaksinasi," terang Fidiansjah.

Mengenai syarat ODGJ yang bisa divaksin, kata Fidiansjah, adalah pasien yang tingkat gangguannya sudah stabil. "Tentu harus ada trik tersendiri untuk kita tenangkan dulu. Yang kita vaksin yang sudah stabil. Artinya yang sudah melewati fase akut dan fase stabilisasi, dan ada fase rehabilitasi. Yang pilih adalah pasien yang sudah di fase rehabilitasi. Yg sudah melewati dua fase sebelumnya," jelas dia.

*Prioritas Vaksinasi Jabodetabek*
Dalam kesempatan tersebut Menkes Budi Gunadi Sadikin juga menjelaskan, akselerasi vaksinasi di Jabodetabek akan dikebut dan diprioritaskan sesuai arahan Presiden Joko Widodo.

"Kalau tadi saya nanya bisik-bisik ke Pak Wali, Bogor sudah berapa (akselerasi vaksinasi)? Karena memang arahan Bapak Presiden itu Jabodetabek harus diprioritaskan. Di DKI itu kedua setelah Bali, itu sudah 40 persen dari total target. Bogor ternyata suplai vaksinnya masih jauh agak di bawah. Jadi, oleh karena itu nanti saya mau balik ke Jakarta kita mau memberikan lebih banyak vaksin lah ke Bogor supaya dipastikan lebih banyak lagi orang orang Bogor yang divaksinasi. Bogor ini kan dekat sama Jakarta. Karena ini tidak bisa dilihat sebagai daerah yang berbeda, harus dilihat sebagai satu klaster Jabodetabek," beber Menkes. 

Wali Kota Bogor Bima Arya menyatakan, dari target 800 ribu warga, baru sekitar 150 ribu warga yang telah divaksin.

"Baru sekitar 18-20 persen lah. Jadi kita meminta kepada kementerian untuk alokasi lebih, supaya bisa dipotong rantainya. Kalau (dari Jakarta) terus ke Bandung dulu, dikirim ke Bogor kan lama ya. Kita ingin atensi khusus ke Jabodetabek. Ini arahan juga dari Bapak Presiden ketika kami para kepala daerah dipanggil ke Istana minggu lalu. Beliau menekankan Bodebek ini harus menjadi prioritas utama karena penyangga Jakarta yang sangat rawan," ujar Bima.
Editor : Redaksi

Dilihat