Ticker

6/recent/ticker-posts

Pusdiklatwas BPKP Ciawi Jadi Pusat Isolasi Pasien Covid-19 OTG Kota Bogor


Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor melakukan penandatanganan perjanjian kerja sama dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) tentang Pusat Isolasi Pasien Covid-19 Non Rumah Sakit di Kota Bogor. 

Penandatanganan dilakukan Wali Kota Bogor, Bima Arya dan Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan (Pusdiklatwas) BPKP, Arief Tri Hardiyanto yang disaksikan Kepala BPKP, Muhammad Yusuf Ateh di Aula Pusdiklatwas Kampus 2 BPKP, Jalan Beringin II,  Pandansari, Ciawi, Kabupaten Bogor, Kamis (4/3/2021).

Bima Arya didampingi Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sri Nowo Retno, Dirut RSUD Kota Bogor Ilham Chaidir dan Kabag Administrasi Pemerintahan Setdakot Bogor Adi Novan sempat meninjau kondisi fasilitas Pusdiklatwas Kampus 2 BPKP Ciawi, yang akan digunakan sebagai lokasi isolasi bagi pasien Covid-19 Kota Bogor, khususnya Orang Tanpa Gejala (OTG) dan gejala ringan yang berkapasitas 128 bed. 

“Semua ikhtiar yang kita lakukan pada intinya kita kembalikan lagi pada rumus dasarnya, yaitu 3 T (Testing, Tracing, Treatment), inilah yang terus kita kuatkan. Testing diperkuat dan PCR tidak kendur. Untuk tracing, Kapolresta sekarang luar biasa dengan terus turun ke bawah membentuk satuan pengawasan hingga di tingkat masyarakat. Treatment yang dilaksanakan, dipastikan selalu dievaluasi, salah satunya Bed Occupancy Rate (BOR). Selama ada rumusan dan landasannya, fokus kepada yang fardu itu aja, Insya Allah semuanya on the track,” kata Bima Arya sebelum penandatanganan.

Menurut Bima Arya, fasilitas yang disediakan sebagai lokasi isolasi lebih dari layak, sangat baik ideal baik dari segi jarak maupun kesiapan fasilitas.

“ Kondisinya siap, artinya besok pun sudah bisa menerima pasien,” katanya. 

Saat ini kata wali kota, BOR Kota Bogor berada di angka 41 persen dan BOR di Rumah Sakit Lapangan (RSL) Covid-19 Kota Bogor sebesar 30 persen. Kondisinya berbeda beberapa waktu lalu yang sempat di angka 82 persen atau diatas standar WHO yakni 60 persen. Namun ia tetap mengingatkan semua untuk tetap waspada, jaga-jaga dan siap terhadap kemungkinan perkembangan ke depan yang terjadi.  


Sebelumnya, Pemkot Bogor menjalin kerja sama serupa dengan BNN Lido, berdasarkan informasi fasilitas BNN Lido akan segera digunakan kembali sehingga Pemkot Bogor harus mencari alternatif lain. Selama di Lido sudah ada 1.010 pasien Covid-19 Kota Bogor yang telah dirawat, suasana yang nyaman dan udaranya sejuk, namun jarak yang cukup jauh menjadi salah satu kendala selain kendala kepadatan lalu lintas.

“Saat ini di Lido tinggal tersisa 16 pasien. Jadi tidak dipindahkan namun menunggu hingga pasien yang dirawat habis,” ujar Bima Arya. 

Di akhir Bima Arya menyampaikan dalam menghadapi dan menangani Covid-19 tidak jauh berbeda dengan proses penyusunan SAKIP dan LAKIP. Targetnya apa, rencananya bagaimana, outputnya seperti apa dan outcomenya apa. 

“Semua kita hubungkan dari hulu ke hilir. Ternyata ilmunya Pak Ateh banyak gunanya di masa Covid-19,” ujar Bima Arya sambil berseloroh.

Kepala BPKP, Muhammad Yusuf Ateh menyatakan, melalui kerja sama ini menjadi langkah nyata dan kontribusi BPKP dalam membantu Kota Bogor dalam menghadapi dan menangani Covid-19.

"Harus ada wujud sebagai kontribusi kami kepada masyarakat. Saya perintahkan seluruh BPKP se-Indonesia harus punya kontribusi dimanapun berada, harus punya manfaat bagi orang lain. Inilah wujud kita sebagai unsur aparatur negara dan menjadi suatu kebanggan bagi kami. Atas nama BPKP silahkan digunakan, tentunya kami senang bisa berkontribusi dan bisa memberi manfaat, khususnya bagi masyarakat Kota Bogor," katanya.

Kepala Dinkes Kota Bogor, Sri Nowo Retno menuturkan, kapasitas yang ada di Kampus 2 Pusdiklatwas BPKP Ciawi untuk isolasi ada 64 kamar dengan 128 tempat tidur yang diprioritaskan bagi pasien OTG dan gejala ringan. Berdasarkan kesepakatan, durasi kerja sama selama 3 bulan. Selanjutnya akan ada penyesuaian selama belum digunakan untuk pusat pendidikan dan pelatihan.

“Kita sudah mempersiapkan tenaga kesehatannya, dokter, perawat, tenaga administrasi, CS dan drivernya. Stand by 1 ambulance 24 jam yang dibagi 3 shift. Mekanisme penjemputan pasien tetap sama seperti sebelumnya, penjemputan dan penghantaran pasien melalui layanan 119, jadi tidak datang atau pulang sendiri, tetapi akan dikoordinir Dinkes,” kata Retno.
Editor : Redaksi

Dilihat