Ticker

6/recent/ticker-posts

Bima Arya : Aksara Sunda Harus Go Digital


Wali Kota Bogor, Bima Arya membuka Symposium Digitalisasi Aksara Sunda secara virtual di Paseban Sri Bima, Balai Kota Bogor, Senin (7/6/2021).

Acara tersebut merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara daring selama dua hari, yang dikemas dalam bentuk webinar, workshop dan Focus Group Discussion (FGD). 

Untuk webinar mengusung tema 'Bersama-sama Mengembangkan Aksara Sunda'. Sementara workshop membahas  'Pemasangan dan Penggunaan Aksara Sunda di Sistem Komputer dan Smartphone. FGD membahas 'Font, Keyboard dan Transliterasi Aksara Sunda Standar'.

“Hari ini adalah perjuangan kita dalam rangka menguatkan nasionalisme kosmopolitan, yakni lokal, nasional dan global. Orang sunda harus fasih nyunda, tetapi harus kuat identitas sebagai patriot Indonesia dan bisa berselancar di era global, ini ikhtiar besar kita dalam rangka payung besar tersebut," kata Bima Arya didampingi Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud), Atep Budiman dan Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo), Rahmat Hidayat.

Pekerjaan rumah besar kata Bima Arya adalah bagaimana yang akar atau lokal nyambung dan bisa berselancar dengan nasional dan internasional.

Agar aksara sunda bisa Go Internasional, menurut Bima Arya, tidak ada cara lain selain menunggangi mainstream. Digitalisasi aksara sunda merupakan contoh manifestasi yang paling baik ketika ingin menyatukan tiga unsur, yaitu lokal, nasional dan internasional. 

Ia mempercayai akarnya adalah budaya yang memiliki nilai dan bukan sekedar peninggalan fisik atau artistik, tetapi dibalik aksara ada nilai serta lainnya yang bisa digali lebih dalam.

"Itu akan membawa kita untuk survive, tidak sekedar identitas, tapi juga menyelaraskan antara konteks nasional dan internasional," katanya.

Jika aksara sudah Go Digital melalui aplikasi, maka itu menjadi pintu gerbang yang sangat menarik bagi anak-anak yang kekinian. 

"Masa anak muda jika mau belajar aksara sunda harus mencari di perpustakaan, mencari buku yang sudah uwet dan sebagainya,” kata Bima Arya 

Saat ini mayoritas anak-anak sudah jarang menonton televisi. Channel youtube dan bermain aplikasi menjadi media yang dipilih mayoritas anak-anak dalam mencari informasi, karena semua informasi ada semua. 

Namun demikian menjadi sesuatu yang memprihatinkan juga ketika mereka tidak membaca buku. Dia menilai, saat ini banyak anak-anak muda yang sekolah di international kuat globalnya, tetapi lemah nasionalisme dan tidak memiliki akar ketika berbicara lokal, karena itu dirinya merasa sedih melihatnya. 

Selain Bima Arya, hadir memberikan sambutan Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo), Samuel Abrijani Pangerapan dan Advisor for Communication and Information - UNESCO, Dr.Ming Kuok Lim. 

Hadir pula secara langsung Sarah Anais Andrieu, Associate Researcher at CASE Paris, Erry Riyana Hardjapamekas, Ketua Dewan Pembina Yayasan Kebudayaan Rancage Bandung, Yudho Giri Sucahyo, Ketua Pengelola Nama Domain Indonesia (PANDI), Undang A. Darsa, dosen sekaligus peneliti Universitas Padjajaran, Aditia Gunawan, peneliti naskah dan aksara sunda Perpustakaan Nasional RI, Agung Zaenal dari Universitas Indraprasta PGRI dan Koordinator PPI Sedunia, Chairul Anam.
Editor : Redaksi

Dilihat